KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji dan
syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena telah diberi nikmat sehat
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah keperawatan medikal bedah dengan
judul leukemia. Tidak lupa kita kirimkan shalawat beriring salam kepada
junjungan kita nabi besar Muhammad SAW karena atas berkat dari beliaulah kita
dapat merasakan alam yang penuh dengan pengetahuan dan teknologi seperti saat
ini.
Dalam penulisan makalah
ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu
pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Yusran Hasymi
atas bantuan yang telah diberikan kepada penulis.
Penulis menyadari di dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan, oleh karena itu kami selaku penulis mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah selanjutnya.
Bengkulu, 29
November 2011
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Leukemia merupakan kanker yang
terjadi pada sel darah manusia. Untuk mengetahui tentang leukemia, kita harus mengenal dahulu sel-sel darah yang normal
serta apa yang terjadi jika terkena leukemia. Darah manusia terdiri dari cairan
yang disebut sebagai plasma darah, dan tiga kelompok sel darah. Kelompok sel darah itu dibedakan menjadi sel darah
merah, sel darah putih, dan keping-keping darah.
Sel darah putih atau leukosit berfungsi untuk
melindungi tubuh terhadap infeksi atau serangan penyakit lainnya. Sel darah
merah atau eritrosit berfungsi untuk mengangkut oksigen dari paru-paru ke
seluruh jaringan tubuh, dan membawa karbon dioksida dari jaringan tubuh kembali
ke paru-paru. Keping-keping darah atau trombosit sangat berperan dalam proses
pembekuan darah. Ketika
terjadi leukemia, tubuh akan memproduksi sel-sel darah yang abnormal dan dalam
jumlah yang besar. Pada leukemia, sel darah yang abnormal tersebut adalah
kelompok sel darah putih. Sel-sel darah yang terkena leukemia akan sangat
berbeda dengan sel darah normal, dan tidak mampu berfungsi seperti layaknya sel
darah normal.
Peran perawat sangatlah penting pada kasus ini. Peran
perawat sangat berguna untuk memberikan asuhan keperawatan yang sesuai dengan
standar keperawatan dan kode etik dalam menangani pasien dengan diagnosa
leukemia.
Penyebab leukemia sejauh ini belum diketahui. Namun
banyak penelitian yang dilakukan untuk memecahkan masalah ini. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa leukemia lebih sering menyerang kaum pria
dibandingkan kaum wanita, dan juga pada kelompok orang kulit putih dibandingkan
dengan orang kulit hitam. Namun sampai saat ini belum diketahui mengapa hal
tersebut dapat terjadi. Dalam makalah ini kami sebagai penulis akan menerangkan
asuhan keperawatan pada konsep teori penyakit leukemia dengan asuhan keperawatan pada kasus penyakit leukemia tersebut.
1.2
Tujuan Penulisan
1.2.1
Tujuan umum
Mampu
melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan leukemia
1.2.2
Tujuan khusus
a)
Mampu menjelaskan
konsep teori penyakit leukemia
b)
Mampu melakukan
pengkajian pada klien yang mengalami penyakit leukemia
c)
Mampu merumuskan
diagnosa keperawatan pada klien yang mengalami leukemia
d)
Mampu membuat
rencana tindakan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami penyakit leukemia
e)
Mampu menerapkan
rencana yang telah disusun pada klien yang mengalami penyakit leukemia
f)
Mampu menganalisa
kesenjangan yang terjadi antara konsep teori dengan aplikasi asuhan keperawatan
pada klien yang mengalami penyakit leukemia
g)
Mampu menyimpulkan
hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami penyakit
leukemia
1.3
Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang dapat diambil
dari pembuatan makalah ini yaitu pembaca dan penulis bisa lebih memahami materi
mengenai penyakit leukemia dilihat
dari perbandingan data di lahan dan konsep teori yang sesungguhnya.
BAB II
TINJAUAN
TEORITIS
2.1
Konsep Teori Penyakit
2.1.1 Pengertian
Leukimia adalah proliferasi sel
darah putih yang masih imatur dalam jaringan pembentuk darah (Prof. Dr. Iman, 1997).
Leukimia adalah proliferasi tak
teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sumsum tulang menggantikan elemen
sum-sum tulang normal (Smeltzer, 2002).
Leukimia adalah suatu keganasan pada
alat pembuat sel darah berupa proliferasio patologis sel hemopoetik muda yang
ditandai oleh adanya kegagalan sum-sum tulang dalam membentuk sel darah normal
dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh yang lain (Mansjoer, 2002).
Leukemia adalah neoplasma akut atau
kronis dari sel-sel pembentuk darah dalam sumsum tulang dan limfa nadi (Reeves,
2001).
Berdasarkan dari beberapa pengertian diatas maka penulis berpendapat
bahwa leukimia adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh proliferasi abnormal
dari sel-sel leukosit yang menyebabkan terjadinya kanker pada alat pembentuk
darah.
Sel darah normal, sel darah terbentuk di sumsum tulang.
Tulang sumsum adalah bahan yang lembut di tengah sebagian besar tulang.
Belum menghasilkan sel darah yang disebut sel batang dan
ledakan. Sebagian besar sel darah matang di sumsum
tulang dan kemudian pindah ke pembuluh darah. Darah
mengalir melalui pembuluh darah dan jantung disebut
darah perifer. Sumsum tulang membuat berbagai jenis
darah sel. Setiap jenis memiliki fungsi khusus:
a)
Sel darah putih membantu melawan infeksi
b)
Sel darah merah membawa oksigen ke jaringan seluruh tubuh
c) Trombosit membantu gumpalan darah terbentuk bahwa kontrol perdarahan
Sifat khas leukemia adalah
proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sumusm tulang,
menggantikan elemen sumsum tulang normal. Juga terjadi proliferasi di llllllhati,
limpa dan nodus limfatikus, dan invasi organ non hematologis, seperti meninges,
traktus gastrointesinal, ginjal dan kulit.
2.1.2 Jenis-jenis Leukemia
1.
Leukemia
Mielogenus Akut (LMA)
LMA mengenai sel stem hematopeotik
yang kelak berdiferensiasi ke semua sel Mieloid: monosit, granulosit,
eritrosit, eritrosit dan trombosit. Semua kelompok usia dapat terkena;
insidensi meningkat sesuai bertambahnya usia. Merupakan leukemia nonlimfositik
yang paling sering terjadi.
2.
Leukemia
Mielogenus Kronis (LMK)
LMK juga di masukkan dalam sistem keganasan sel
stem mieloid. Namun lebih banyak sel normal dibanding bentuk akut, sehingga
penyakit ini lebih ringan. LMK jarang menyerang individu di bawah
20 tahun. Manifestasi mirip dengan gambaran LMA tetapi tanda dan gejala lebih
ringan, pasien menunjukkan tanpa gejala selama bertahun-tahun, peningkatan
leukosit kadang sampai jumlah yang luar biasa, limpa membesar.
3.
Leukemia Limfositik Akut (LLA)
LLA dianggap sebagai proliferasi ganas
limfoblast. Sering terjadi pada anak-anak, laki-laki lebih banyak dibanding
perempuan, puncak insiden usia 4 tahun, setelah usia 15 LLA jarang terjadi. Manifestasi
limfosit immatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer,
sehingga mengganggu perkembangan sel normal..
4.
Leukemia
Limfositik Kronis (LLC)
LLC merupakan kelainan ringan mengenai
individu usia 50 sampai 70 tahun. Manifestasi klinis pasien tidak menunjukkan
gejala, baru terdiagnosa saat pemeriksaan fisik atau penanganan penyakit lain.
2.1.2 Anatomi
Fisiologi
a) Anatomi
Sel darah putih, leukosit adalah sel
yang membentuk komponen darah. Sel darah putih ini berfungsi untuk membantu tubuh
melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh. Sel darah putih
tidak berwarna, memiliki inti, dapat bergerak secara amoebeid, dan dapat
menembus dinding kapiler / diapedesis. Dalam keadaan normalnya terkandung 4x109
hingga 11x109 sel darah putih di dalam seliter darah manusia
dewasa yang sehat - sekitar 7000-25000 sel per tetes. Dalam setiap milimeter
kubil darah terdapat 6000 sampai 10000(rata-rata 8000) sel darah putih .Dalam
kasus leukemia,
jumlahnya dapat meningkat hingga 50000 sel per tetes. Di dalam tubuh, leukosit
tidak berasosiasi secara ketat dengan organ
atau jaringan
tertentu, mereka bekerja secara independen seperti organisme sel tunggal. Leukosit mampu
bergerak secara bebas dan berinteraksi dan menangkap serpihan seluler, partikel
asing, atau mikroorganisme penyusup. Selain itu, leukosit tidak bisa membelah diri atau bereproduksi
dengan cara mereka sendiri, melainkan mereka adalah produk dari sel punca
hematopoietic pluripotent yang
ada pada sumsum tulang. Leukosit turunan
meliputi: sel NK,
sel biang,
eosinofil,
basofil,
dan fagosit
termasuk makrofaga,
neutrofil,
dan sel dendritik. Ada beberapa
jenis sel darah putih yang disebut granulosit
atau sel polimorfonuklear
yaitu:
1.
Basofil.
2.
Eosinofil.
3. Neutrofil.
dan dua jenis
yang lain tanpa granula dalam sitoplasma:
1.
Limfosit
2.
Monosit.
(skema pembelahan sel darah putih)
b) Fisiologi
Fisiologi
sel darah manusia
1.
Leukosit
Leukosit
adalah sel darah berinti. Di dalam darah manusia, jumlah normal leukosit
rata-rata 5000-9000 sel/mm3, bila jumlahnya lebih dari 12000, keadaan ini
disebut leukositosis, bila kurang dari 5000 disebut leukopenia. Dilihat dalam
mikroskop cahaya maka sel darah putih mempunyai granula spesifik (granulosit),
yang dalam keadaan hidup berupa tetesan setengah cair, dalam sitoplasmanya dan
mempunyai bentuk inti yang bervariasi, yang tidak mempunyai granula, sitoplasmanya homogen dengan
inti bentuk bulat atau bentuk ginjal. Terdapat dua jenis leukosit
agranuler : limfosit sel kecil, sitoplasma sedikit, monosit
sel agak besar mengandung sitoplasma lebih banyak. Terdapat tiga jenis leukosir
granuler: Neutrofil, Basofil, dan Asidofil (eosinofil) yang dapat dibedakan
dengan afinitas granula terhadap zat warna netral basa dan asam. Granula
dianggap spesifik bila ia secara tetap terdapat dalam jenis leukosit tertentu
dan pada sebagian besar precursor (pra zatnya). Meski masing-masing jenis sel
terdapat dalam sirkulasi darah, leukosit tidak secara acak terlihat dalam
eksudat, tetapi tampak sebagai akibat sinyal-sinyal kemotaktik khusus yang
timbul dalam berkembangnya proses peradangan. (Effendi, 2003)
Leukosit mempunyai peranan dalam pertahanan seluler dan
humoral organisme terhadap zat-zat asingan. Ketika viskositas darah meningkat
dan aliran lambat, leukosit mengalami marginasi, yakni bergerak ke arah
perifer sepanjang pembuluh darah. Kemudian melekat pada endotel dan
melakukan gerakan amuboid. Melalui proses diapedesis, yakni kemampuan leukosit
untuk menyesuaikan dgn lubang kecil
lekosit, dapat meninggalkan kapiler dengan menerobos antara sel-sel endotel dan
menembus kedalam jaringan penyambung. Pergerakan leukosit di daerah intertisial
pada jaringan meradang setelah leukosit beremigrasi, atau disebut kemotaktik terarah oleh sinyal kimia.
(Effendi, 2003).
Jumlah leukosit
per mikroliter darah, pada orang dewasa normal adalah 4000-11000, waktu lahir
15000-25000, dan menjelang hari ke empat turun sampai 12000, pada usia 4 tahun
sesuai jumlah normal. Variasi kuantitatif dalam sel-sel darah putih tergantung
pada usia. waktu lahir, 4 tahun dan pada usia 14 -15 tahun persentase khas
dewasa tercapai. (Effendi, 2003).
Fungsi sel Darah putih
Granulosit dan Monosit mempunyai
peranan penting dalam perlindungan badan terhadap mikroorganisme. dengan
kemampuannya sebagai fagosit (fago- memakan), mereka memakan bakteria
hidup yang masuk ke sistem peredaran darah. melalui mikroskop
adakalanya dapat dijumpai sebanyak 10-20 mikroorganisme
tertelan oleh sebutir granulosit. pada waktu menjalankan fungsi ini mereka disebut fagosit. dengan kekuatan gerakan
amuboidnya ia dapat bergerak bebas didalam dan dapat keluar pembuluh darah dan
berjalan mengitari seluruh bagian tubuh. dengan cara ini ia dapat mengepung daerah
yang terkena infeksi atau cidera, menangkap organisme hidup dan menghancurkannya, menyingkirkan bahan lain seperti kotoran-kotoran, serpihan-serpihan dan lainnya, dengan cara yang
sama, dan sebagai granulosit memiliki enzim yang dapat memecah protein, yang
memungkinkan merusak jaringan hidup, menghancurkan dan membuangnya.
Dengan cara
ini jaringan yang sakit atau terluka dapat dibuang dan penyembuhannya
dimungkinkan. Sebagai
hasil kerja fagositik dari sel darah putih, peradangan dapat dihentikan sama
sekali. Bila kegiatannya tidak berhasil dengan sempurna, maka dapat terbentuk nanah. Nanah beisi
"jenazah" dari kawan dan lawan - fagosit yang terbunuh dalam
kinerjanya disebut sel nanah. demikian juga
terdapat banyak kuman
yang mati dalam nanah itu dan ditambah lagi dengan sejumlah besar jaringan yang
sudah mencair. dan sel nanah tersebut akan disingkirkan oleh granulosit yang
sehat yang bekerja sebagai fagosit.
2.1.3 Etiologi
Penyebab yang pasti belum
diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang menyebabkan terjadinya
leukemia yaitu :
1.
Faktor
genetik : virus tertentu meyebabkan terjadinya perubahan struktur gen ( T cell
leukemia-lymphoma virus/HTLV).
2.
Radiasi
ionisasi : lingkungan kerja, pranatal, pengobatan kanker sebelumnya.
3.
Terpapar zat-zat kimiawi seperti benzen,
arsen, kloramfenikol, fenilbutazon, dan agen anti neoplastik.
4.
Obat-obat
imunosupresif, obat karsinogenik seperti diethylstilbestrol
5.
Faktor
herediter, misalnya pada kembar monozigot
6.
Kelainan
kromosom : Sindrom Bloom’s, trisomi 21 (Sindrom Down’s), Trisomi G (Sindrom Klinefelter’s), Sindrom
fanconi’s, Kromosom Philadelphia positif, Telangiektasis ataksia
Gejala penyakit leukemia biasanya
ditandai dengan adanya anemia. Infeksi akan mudah atau sering terjadi karena
sel darah putih tidak dapat berfungsi dengan baik, rasa sakit atau nyeri pada
tulang, serta pendarahan yang sering terjadi karena darah sulit membeku. Jika
tidak diobati, maka akan mengakibatkan leukemia akut dan akhirnya dapat
menyebabkan kematian. Penyebab yang pasti belum diketahui,
akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukemia,
yaitu Leukemia biasanya mengenai sel-sel darah putih. Penyebab dari sebagian besar jenis
leukemia tidak diketahui. Pemaparan terhadap penyinaran
(radiasi) dan bahan kimia tertentu (misalnya benzena) dan pemakaian obat
antikanker, meningkatkan resiko terjadinya leukemia. Orang yang memiliki
kelainan genetik tertentu (misalnya sindroma Down dan sindroma Fanconi), juga
lebih peka terhadap leukemia.
2.1.4 Manisfestasi
klinis
Manifestasi klinik yang sering
dijumpai pada penyakit leukemia adalah sebagai berikut :
a.
Pilek tidak sembuh-sembuh
b.
Pucat, lesu, mudah terstimulasi
c.
Demam dan anorexia
d.
Berat badan menurun
e.
Ptechiae, memar tanpa sebab
f.
Nyeri abdomen
g.
Lumphedenopathy
h.
Hepatosplenomegaly
Gejala
yang tidak khas ialah sakit sendi atau sakit tulang yang dapat disalahartikan
sebagai penyakit rematik. Gejala lain dapat timbul sebagai akibat infiltrasi
sel leukemia pada alat tubuh seperti lesi purpura pada kulit, efusi pleura,
kejang pada leukemia serebral (Iman, 1997).
2.1.5 Patofisiologi
Normalnya tulang marrow diganti
dengan tumor yang malignan, imaturnya sel blast. Adanya proliferasi sel blast,
produksi eritrosit dan platelet terganggu sehingga akan menimbulkan anemia dan
trombositipenia. Sistem retikuloendotelial akan terpengaruh dan menyebabkan
gangguan sistem pertahanan tubuh dan mudah mengalami infeksi. Manifestasi akan tampak pada
gambaran gagalnya bone marrow dan infiltrasi organ, sistem saraf pusat.
Gangguan pada nutrisi dan metabolisme. Depresi sumsum tulang yangt akan
berdampak pada penurunan lekosit, eritrosit, faktor pembekuan dan peningkatan
tekanan jaringan. Adanya infiltrasi pada ekstra medular akan berakibat
terjadinya pembesaran hati, limfe, nodus limfe, dan nyeri persendian (Iman, 1997).
Sel mesenkim, stem sel, sel retikular
|
Sumsum tulang
|
Jaringan mieloid
|
Sel blas, mioblast
|
Poliferasi SDP immatur
|
Mekanisme imun terganggu
|
Hematopoesis terganggu
|
akumulasi imun terganggu
|
Resiko infeksi
|
inflamasi
|
Hati
|
Tulang
|
SSP
|
Limpa
|
Hepatomegali
|
Nyeri tulang
|
Limfatomegali
|
Sist neorologis trganngu
|
Nyeri tekan
|
Gg. nutrisi
|
Sakit kepala, nausea, penglihatan kabur,
diplopea,
|
Prod. SDM trganggu
|
trombositopenia
|
Anemia
|
Pembekuan
trganggu
|
Suplai o2 menurun
|
Pucat, lesu, letargi, dispnea
|
Perdarahan spontan
|
Resiko syok hipovolemik
|
Risiko injuri
|
Gg pola nafas
|
(http://nursungscib.com/pathophysiology/pathofisiology-of-leukemia/)
2.1.6
Penatalaksanaan Medis
1. Pelaksanaan kemoterapi
2. Irradiasi cranial
3. Terdapat tiga fase pelaksanaan
keoterapi :
a. Fase induksi
Dimulasi 4-6 minggu setelah
diagnosa ditegakkan. Pada fase ini diberikan terapi kortikostreroid
(prednison), vincristin dan L-asparaginase. Fase induksi dinyatakan behasil
jika tanda-tanda penyakit berkurang atau tidak ada dan dalam sumsum tulang
ditemukan jumlah sel muda kurang dari 5%.
b. Fase Profilaksis Sistem saraf pusat
Pada fase ini diberikan terapi
methotrexate, cytarabine dan hydrocotison melaui intrathecal untuk mencegah
invsi sel leukemia ke otak. Terapi irradiasi kranial dilakukan hanya pada
pasien leukemia yang mengalami gangguan sistem saraf pusat.
c. Konsolidasi
Pada fase ini kombinasi pengobatan
dilakukan unutk mempertahankan remisis dan mengurangi jumlah sel-sel leukemia
yang beredar dalam tubuh. Secara berkala, mingguan atau bulanan dilakukan
pemeriksaan darah lengkap untuk menilai respon sumsum tulang terhadap
pengobatan. Jika terjadi supresi sumsum tulang, maka pengobatan dihentikan
sementara atau dosis obat dikurangi.
4.
Program terapi
Pengobatan terutama ditunjukkan
untuk 2 hal (Netty Tejawinata, 1996) yaitu:
a)
Memperbaiki keadaan umum dengan tindakan:
- Tranfusi
sel darah merah padat (Pocket Red Cell-PRC) untuk mengatasi anemi. Apabila
terjadi perdarahan hebat dan jumlah trombosit kurang dari 10.000/mm³, maka
diperlukan transfusi trombosit.
- Pemberian antibiotik profilaksis
untuk mencegah infeksi.
b) Pengobatan spesifik
Terutama ditunjukkan untuk mengatasi
sel-sel yang abnormal. Pelaksanaannya tergantung pada kebijaksanaan
masing-masing rumah sakit, tetapi prinsip dasar pelaksanaannya adalah sebagai
berikut:
-
Induksi untuk mencapai remisi: obat yang diberikan untuk mengatasi kanker sering disebut sitostatika
(kemoterapi). Obat diberikan secara kombinasi dengan maksud untuk mengurangi
sel-sel blastosit sampai 5% baik secara sistemik maupun intratekal sehingga
dapat mengurangi gejala-gajala yang tampak.
- Intensifikasi,
yaitu pengobatan secara intensif agar sel-sel yang tersisa tidak memperbanyak
diri lagi.
- Mencegah
penyebaran sel-sel abnormal ke sistem saraf pusat
- Terapi
rumatan (pemeliharaan) dimaksudkan untuk mempertahankan masa remisi
c) Pengobatan imunologik
Bertujuan
untuk menghilangkan sel leukemia yang ada di dalam tubuh agar pasien dapat sembuh
sempurna. Pengobatan seluruhnya dihentikan setelah 3 tahun remisi terus
menerus.
2.2 Konsep Dasar Askep
2.2.1 Pengkajian
a. Data biografi pasien
Leukemia banyak menyerang laki-laki dari pada wanita dan
menyerang pada usia lebih dari 20 tahun khususnya pada orang dewasa.
b. Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada penyakit leukemia ini klien biasanya lemah, lelah, wajah terlihat pucat, sakit kepala, anoreksia,
muntah, sesak, nafas cepat.
b) Riwayat
penyakit
Pada riwayat
penyakit klien dengan leukemia, kaji adanya tanda-tanda anemia yaitu pucat, kelemahan, sesak, nafas cepat. Kaji adanya tanda-tanda leucopenia yaitu demam dan adanya infeksi. Kaji adanya tanda-tanda
trombositopenia yaitu ptechiae, purpura, perdarahan membran mukosa. Kaji adanya tanda-tanda invasi
ekstra medulola yaitu limfadenopati, hepatomegali, splenomegali. Kaji adanya pembesaran testis. Kaji adanya hematuria, hipertensi, gagal ginjal, inflamasi disekitar rectal, nyeri ( Lawrence, 2003).
c)Riwayat
Kesehatan Keluarga
Adanya gangguan
hematologis, adanya faktor herediter misal kembar monozigot.
d)
Riwayat kebiasaan sehari-hari
Perbedaan pola aktivitas dirumah dan dirumah sakit.
e)
Riwayat psikososial
a. Psikologi
Pada kasus ini biasanya klien
dan keluarga takut dan cemas terhadap
penyakit yang diderita. Klien sangat membutukan
dukungan dari keluarga dan perawat.
b.
Sosial Ekonomi
Klien mempunyai hubungan
yang baik dengan keluarga maupun dengan tetangga disekitar rumahnya dengan
adanya keluarga dan tetangga yang membesuk
serta klien hidup dalam keadaan ekonomi yang
sederhana.
f)
Data penunjang
Data laboratorium pada klien dengan leukemia :
-
Anemi normokrom normositer
-
Leukosit >15.000/mm3 (5000-10000/ mm3)
-
Sitogenik : kelainan pada kromosom 12, 13, 14, kadang-kadang
pada kromosom 6, 11
-
Hb : 7,3 mg / dl ( N : 12.0 – 16.0 g/dL).
-
Trombosit : 100.000
(150.000-400.000/mm3)
-
SDP : 60.000/cm
(50.000)
-
PT/PTT : memanjang
-
Copper serum :
meningkat
-
Zink serum :
menurun
g)
Penatalaksanaan
Terapi dan obat yang diberikan pada klien dengan leukemia
:
- Transfusi bila perlu
- Klorambusil
2.2.2
Diagnosa Keperawatan
1. Resiko
infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
2. Intoleransi aktivitas berhubungan
dengan kelemahan akibat anemia
3. Resiko terhadap cedera : perdarahan
yang berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit
4. Resiko tinggi kekurangan volume
cairan berhubungan dengan mual dan muntah
5. Perubahan membran mukosa mulut :
stomatitis yang berhubungan dengan efek samping agen kemoterapi
6. Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia, malaise, mual dan muntah,
efek samping kemoterapi dan atau stomatitis
7. Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia
8. Kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi, radioterapi, imobilitas.
9. Gangguan citra tubuh berhubungan
dengan alopesia atau perubahan cepat pada penampilan.
10. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak
yang menderita leukemia (Simon,
2003).
2.2.3 Intervensi dan Rasional
a)
Dx. 1
Tujuan : pasien bebas dari infeksi
Kriteria hasil :
a. Normotermia
b. Hasil kultur negative
c. Peningkatan penyembuhan
Intervensi :
1.
Pantau suhu dengan teliti (TTV)
Rasional : untuk mendeteksi kemungkinan infeksi
2.
Tempatkan klien dalam ruangan khusus
Rasional : untuk meminimalkan terpaparnya klien dari sumber infeksi
3.
Anjurkan semua pengunjung dan staf rumah sakit untuk
menggunakan teknik mencuci tangan dengan baik
Rasional : untuk meminimalkan pajanan pada organisme
infektif
4.
Gunakan teknik aseptik yang cermat untuk semua prosedur
invasif
Rasional : untuk mencegah kontaminasi silang/menurunkan resiko infeksi
Rasional : untuk mencegah kontaminasi silang/menurunkan resiko infeksi
5.
Evaluasi keadaan klien terhadap tempat-tempat munculnya
infeksi seperti tempat penusukan jarum, ulserasi mukosa, dan masalah gigi
Rasional : untuk intervensi dini penanganan infeksi
Rasional : untuk intervensi dini penanganan infeksi
6.
Inspeksi membran mukosa mulut. Bersihkan mulut dengan baik
Rasional : rongga mulut adalah medium yang baik untuk pertumbuhan organisme
Rasional : rongga mulut adalah medium yang baik untuk pertumbuhan organisme
7.
Berikan periode istirahat tanpa gangguan
Rasional : menambah energi untuk penyembuhan dan regenerasi
seluler
8.
Berikan diet lengkap nutrisi sesuai usia
Rasional : untuk mendukung pertahanan alami tubuh
9.
Berikan antibiotik sesuai ketentuan
Rasional : diberikan sebagai profilaktik atau mengobati
infeksi khusus
b) Dx. 2
Tujuan : terjadi peningkatan
toleransi aktifitas
Kriteria hasil
: - klien tidak pusing
- Klien tidak lemah
- HB 12 gr/%
- Leukosit normal
- Tidak anemis
Intervensi :
1.
Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan untuk
berpartisipasi dala aktifitas sehari-hari
Rasional : menentukan derajat dan efek ketidakmampuan
2.
Berikan lingkungan tenang dan perlu istirahat tanpa gangguan
Rasional : menghemat energi untuk aktifitas dan regenerasi
seluler atau penyambungan jaringan
3.
Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada aktifitas yang
diinginkan atau dibutuhkan
Rasional : mengidentifikasi kebutuhan individual dan membantu
pemilihan intervensi
4.
Berikan bantuan dalam aktifitas sehari-hari dan ambulasi
Rasional : memaksimalkan sediaan energi untuk tugas
perawatan diri
5.
Kolaborasikan pemasangan tranfusi darah
Rasional : transfusi darah dapat
meningkatkan kadar hemoglobin di dalam darah klien.
c) Dx. 3
Tujuan :
klien tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan
Kriteria hasil
: HB 12gr/%
Tidak anemis
Intervensi
:
1.
Gunakan semua tindakan untuk mencegah perdarahan khususnya
pada daerah ekimosis
Rasional : karena perdarahan memperberat kondisi dengan
adanya anemia
2.
Cegah ulserasi oral dan rectal
Rasional : karena kulit yang luka cenderung untuk berdarah
3.
Gunakan jarum yang kecil pada saat melakukan injeksi
Rasional : untuk mencegah perdarahan
4.
Menggunakan sikat gigi yang lunak dan lembut
Rasional : untuk mencegah perdarahan
5.
Laporkan setiap tanda-tanda perdarahan (tekanan darah
menurun, denyut nadi cepat, dan pucat)
Rasional : untuk memberikan intervensi dini dalam mengatasi
perdarahan
6.
Hindari obat-obat yang mengandung aspirin
Rasional : karena aspirin mempengaruhi fungsi trombosit
7.
Ajarkan orang tua dan klien yang lebih besar ntuk mengontrol
perdarahan hidung
Rasional : untuk mencegah perdarahan
d) Dx. 4
Tujuan
: Tidak
terjadi kekurangan volume cairan, pasien tidak mengalami mual dan
muntah
Kriteria hasil : - klien tidak lemah dan anemis
- Turgor kulit
baik
- Mukosa bibir
lembab, tidak sianosis
Intervensi :
1.
Berikan antiemetik awal sebelum dimulainya kemoterapi
Rasional : untuk mencegah mual dan muntah
2.
Berikan antiemetik secara teratur pada waktu dan program
kemoterapi
Rasional : untuk mencegah episode berulang
3.
Kaji respon klien terhadap anti emetic
Rasional : karena tidak ada obat antiemetik yang secara umum
berhasil
4.
Hindari memberikan makanan yang beraroma menyengat
Rasional : bau yang menyengat dapat menimbulkan mual dan
muntah
5.
Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering
Rasional : karena jumlah kecil biasanya ditoleransi dengan
baik
6.
Berikan cairan intravena sesuai ketentuan
Rasional : untuk mempertahankan hidrasi
e)
Dx. 5
Tujuan : pasien tidak mengalami mukositis oral
Kriteria hasil : - kesehatan oral klien
baik
Intervensi :
1.
Inspeksi mulut setiap hari untuk adanya ulkus oral
Rasional : untuk mendapatkan tindakan yang segera
2.
Hindari mengukur suhu oral
Rasional : untuk mencegah trauma
3.
Gunakan sikat gigi berbulu lembut, aplikator berujung kapas,
atau jari yang dibalut kasa
Rasional : untuk menghindari trauma
4.
Berikan pencucian mulut yang sering dengan cairan salin
normal atau tanpa larutan bikarbonat
Rasional : untuk menuingkatkan penyembuhan
5.
Gunakan pelembab bibir
Rasional : untuk menjaga agar bibir tetap lembab dan mencegah
pecah-pecah (fisura)
6.
Hindari penggunaan larutan lidokain pada anak kecil
Rasional : karena bila digunakan
pada faring, dapat menekan refleks muntah yang mengakibatkan resiko aspirasi
dan dapat menyebabkan kejang
7.
Berikan diet cair, lembut dan lunak
Rasional : agar makanan yang masuk dapat ditoleransi klien
8.
Inspeksi mulut setiap hari
Rasional : untuk mendeteksi kemungkinan infeksi
9.
Dorong masukan cairan dengan menggunakan sedotan
Rasional : untuk membantu melewati area nyeri
10. Hindari penggunaa swab gliserin,
hidrogen peroksida dan susu magnesia
Rasional : dapat mengiritasi
jaringan yang luka dan dapat membusukkan gigi, memperlambat penyembuhan dengan
memecah protein dan dapat mengeringkan mukosa
11. Berikan obat-obat anti infeksi
sesuai ketentuan
Rasional : untuk mencegah atau mengatasi mukositis
12. Berikan analgetik
Rasional : untuk mengendalikan nyeri
f)
Dx. 6
Tujuan : pasien mendapat nutrisi yang adekuat
Kriteria hasil : - klien tidak pucat
- Klien tidak
anemis
- Mukosa bibir
lembab
- Nafsu makan
meningkat
- Bb meningkat
Intervensi :
1.
Dorong klien untuk tetap rileks saat makan
Rasional : jelaskan bahwa hilangnya nafsu makan adalah
akibat langsung dari mual dan muntah serta kemoterapi
2.
Izinkan klien memakan semua makanan
yang dapat ditoleransi, rencanakan unmtuk memperbaiki kualitas gizi pada saat
selera makan klien
meningkat
Rasional : untuk mempertahankan nutrisi yang optimal
3.
Berikan makanan yang disertai suplemen nutrisi gizi, seperti
susu bubuk atau suplemen yang dijual bebas
Rasional : untuk memaksimalkan kualitas intake nutrisi
4.
Izinkan klien untuk terlibat dalam persiapan dan pemilihan makanan
Rasional : untuk mendorong agar klien mau makan
5.
Dorong masukan nutrisi dengan jumlah sedikit tapi sering
Rasional : karena jumlah yang kecil biasanya ditoleransi
dengan baik
6.
Dorong klien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrient
Rasional : kebutuhan jaringan
metabolik ditingkatkan begitu juga cairan untuk menghilangkan produk sisa
suplemen dapat memainkan peranan penting dalam mempertahankan masukan kalori
dan protein yang adekuat
7.
Timbang BB, ukur TB dan ketebalan lipatan kulit trisep
Rasional : membantu dalam
mengidentifikasi malnutrisi protein kalori, khususnya bila BB kurang dari
normal
g)
Dx. 7
Tujuan : klien tidak mengalami nyeri atau nyeri
menurun sampai tingkat yang dapat diterima klien
Kriteria hasil
: - skala nyeri 3
Intervensi :
1.
Mengkaji tingkat nyeri dengan skala 0 sampai 5
Rasional : informasi memberikan data
dasar untuk mengevaluasi kebutuhan atau keefektifan intervensi
2.
Jika mungkin, gunakan prosedur-prosedur (misal pemantauan
suhu non invasif, alat akses vena
Rasional : untuk meminimalkan rasa tidak aman
3.
Evaluasi efektifitas penghilang nyeri dengan derajat
kesadaran dan sedasi
Rasional : untuk menentukan
kebutuhan perubahan dosis. Waktu pemberian atau obat
4.
Lakukan teknik pengurangan nyeri non farmakologis yang tepat
Rasional : sebagai analgetik tambahan
Rasional : sebagai analgetik tambahan
5.
Berikan obat-obat anti nyeri secara teratur
Rasional : untuk mencegah kambuhnya nyeri
h)
Dx. 8
Tujuan : klien mampu mempertahankan integritas kulit
Kriteria hasil : - klien bersih
- Klien merasa
nyaman
Intervensi :
1.
Berikan perawatan kulit yang cemat, terutama di dalam mulut
dan daerah perianal
Rasional : karena area ini cenderung mengalami ulserasi
2.
Ubah posisi dengan sering
Rasional : untuk merangsang sirkulasi dan mencegah tekanan
pada kulit
3.
Mandikan dengan air hangat dan sabun ringan
Rasional : mempertahankan kebersihan tanpa mengiritasi kulit
4.
Kaji kulit yang kering terhadap efek samping terapi kanker
Rasional : efek kemerahan atau kulit
kering dan pruritus, ulserasi dapat terjadi dalam area radiasi pada beberapa
agen kemoterapi
5.
Anjurkan pasien untuk tidak menggaruk dan menepuk kulit yang
kering
Rasional : membantu mencegah friksi atau trauma kulit
6.
Dorong masukan kalori protein yang adekuat
Rasional : untuk mencegah keseimbangan nitrogen yang negative
7.
Anjurkan memilih pakaian yang longgar dan lembut diatas area yang
teradiasi
Rasional : untuk meminimalkan iritasi tambahan
i)
Dx. 9
Tujuan : pasien atau keluarga menunjukkan perilaku koping
positif
Kriteria hasil : - keluarga tidak cemas
- Klien memahami
instruksi dari perawat
Intervensi :
1.
Berikan penutup kepala yang adekuat selama pemajanan pada sinar
matahari, angin atau dingin
Rasional : karena hilangnya perlindungan rambut
2.
Anjurkan untuk menjaga agar rambut yang tipis itu tetap
bersih, pendek dan halus
Rasional : untuk menyamarkan kebotakan parsial
3.
Jelaskan bahwa rambut mulai tumbuh dalam 3 hingga 6 bulan
dan mungkin warna atau teksturnya agak berbeda
Rasional : untuk menyiapkan klien dan keluarga terhadap perubahan
penampilan rambut baru
4.
Dorong hygiene dan alat alat yang sesuai dengan
jenis kelamin , misalnya wig, skarf, topi, tata rias, dan pakaian yang menarik
Rasional : untuk meningkatkan penampilan
j)
Dx. 10
Tujuan : pasien atau keluarga
menunjukkan pengetahuan tentang prosedur diagnostik atau terapi
Kriteria hasil
: - klien dan keluarga bisa memahami prosedur yang disampaikan perawat
-
Klien dan keluarga tidak cemas
Intervensi :
1.
Jelaskan alasan setiap prosedur yang akan dilakukan pada klien
Rasional : untuk meminimalkan kekhawatiran yang tidak perlu
2.
Jadwalkan waktu agar keluarga dapat berkumpul tanpa gangguan
dari staff
Rasional : untuk mendorong komunikasi dan ekspresi perasaan
3.
Bantu keluarga merencanakan masa depan, khususnya dalam
membantu klien menjalani kehidupan yang normal
Rasional : untuk meningkatkan perkembangan klien yang optimal
4.
Dorong keluarga untuk mengespresikan perasaannya mengenai
kehidupan klien
sebelum diagnosa dan prospek klien untuk bertahan hidup
Rasional : memberikan kesempatan pada keluarga untuk
menghadapi rasa takut secara realistis
5.
Diskusikan bersama keluarga bagaimana mereka memberitahu klien tentang hasil tindakan dan kebutuhan
terhadap pengobatan dan kemungkinan terapi tambahan
Rasional : untuk mempertahankan komunikasi yang terbuka dan
jujur
6.
Hindari untuk menjelaskan hal-hal yang tidak sesuai dengan
kenyataan yang ada
Rasional : untuk mencegah bertambahnya rasa khawatiran
keluarga (Doenges, 1999).
2.2.4 Implementasi
Implementasi
keperawatan adalah pelaksanaan dari perencanaan keperawatan yang telah dibuat
untuk mencapai hasil yang efektif. Dalam pelaksanaan implementasi keperawatan,
penguasaan keterampilan dan pengetahuan harus dimiliki oleh setiap perawat
sehingga pelayanan yang diberikan baik mutunya. Dengan demikian tujuan dari
rencana yang telah ditentukan dapat tercapai.
2.2.5 Evaluasi
Evaluasi
adalah suatu penilaian terhadap keberhasilan rencana keperawatan untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan klien. Hasil yang diharapkan pada klien dengan leukemia adalah :
a. Klien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
b. Berpartisipasi dalam aktifitas
sehari-sehari sesuai tingkat kemampuan, adanya laporan peningkatan toleransi
aktifitas.
c. Klien
tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan.
d. Klien menyerap makanan dan cairan, anak tidak
mengalami mual dan muntah
e. Membran mukosa tetap utuh, ulkus menunjukkan tidak adanya
rasa tidak nyaman
f. Masukan nutrisi adekuat
g. Klien beristirahat dengan tenang, tidak melaporkan
dan atau menunjukkan bukti-bukti ketidaknyamanan, tidak mengeluhkan perasaan
tidak nyaman.
h. Kulit tetap bersih dan utuh
i. Klien mengungkapkan masalah yang
berkaitan dengan kerontokan rambut, klien membantu menentukan metode untuk mengurangi
efek kerontokan rambut dan menerapkan metode ini dan klien tampak bersih, rapi, dan berpakaian
menarik.
j. Klien dan keluarga menunjukkan pemahaman
tentang prosedur, keluarga menunjukkan pengetahuan tentang penyakit klien dan tindakannya. Keluarga
mengekspresikan perasaan serta kekhawatirannya dan meluangkan waktu bersama klien.
k. Keluarga tetap terbuka untuk
konseling dan kontak keperawatan, keluarga dan klien mendiskusikan rasa takut,
kekhawatiran, kebutuhan dan keinginan mereka pada tahap terminal, pasien dan
keluarga mendapat dukungan yang adekuat (Wong. D.L, 2004).
BAB III
TINJAUAN KASUS
No. Reg : 111234
Tanggal
masuk : 10-11-2010
Tanggal
Dikaji : 10-11-2010
Ruangan : Melati
Diagnosa Medis :
Leukemia
3.1 Pengkajian
a. Identitas Klien
Nama :
Tn. Z
Umur :
27 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat :
Sukamerindu
Pendidikan : SMA
Agama :
Islam
Anak ke :
1
Penanggung Jawab
Nama :
Ny.K
Umur :
50 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat :
Sukamerindu
Pekerjaan : Wiraswasta
Hub dengan klien : Ibu kandung
b.Keluhan Utama
Klien datang dengan
keluhan utama demam, lemah, tidak bertenaga dan nafsu makan menurun disertai
mual dan muntah.
c. Riwayat
Kesehatan
1.
Riwayat Kesehatan
sekarang
Klien Tn. Z masuk IGD Rumah sakit M. Yunus Bengkulu pada
tanggal 10 Desember 2010 diantar keluarga pukul 12.45 WIB dengan keluhan utama demam,
lemah disertai dengan nafsu makan menurun dan rasa mual muntah. Keluhan
tersebut dirasakan sejak 5
bulan terakhir, dan akhir-akhir
ini sering disertai dengan suka pingsan.
Pada saat perawat melakukan pengkajian tanggal 10 Desember 2010 pukul 13.30 Wib
di ruangan Melati didapatkan bahwa klien
tampak pucat, lemah, pusing, berkunang saat berdiri dan nafsu makan menurun, klien tampak gelisah.
2.
Riwayat Kesehatan
Dahulu
Sebelumnya klien belum pernah masuk rumah sakit dengan
penyakit yang dialami klien saat ini.
3.
Riwayat Kesehatan
Keluarga
Dalam anggota keluarga klien, kakek klien pernah
menderita penyakit yang sama dengan penyakit yang sedang diderita klien saat
ini dan tidak ada yang mengalami penyakit menular.
d.
Pemeriksaan Fisik
a)
Keadaan Umum :
Lemah
b)
Kesadara :
Compos Mentis
c)
TTV :
TD :
110/70 mmHg
N : 108x/menit
S :
38,50C
RR : 18x/menit
GCS, : E =
4
M
=
6
V
=
5
JUMLAH
: 15
d)
Kepala :
Inspeksi :
Warna rambut hitam, penyebaran merata,
tidak terdapat ketombe/kotoran.
Palpasi : Tidak terdapat
benjolan.
e)
Mata :
Inspeksi : Tidak terdapat sekret, konjungtiva anemis,
penglihatan baik.
f)
Hidung :
Inspeksi :
Bentuk simetris, tidak ada pembengkakan, tidak terdapat secret.
g)
Mulut :
Inspeksi
: Mukosa bibir kering, pucat, tidak terdapat lesi.
h)
Telinga :
Inspeksi : Bersih tidak
terdapat serumen, tidak ada lesi.
Palpasi : Tidak terdapat benjolan, tidak ada peradangan,
pendengaran baik.
i)
Leher :
Inspeksi : warna kulit merata, tidak terdapat lesi.
Palpasi
: tidak terdapat
pembesaran venajugolaris pada leher
j)
Dada/Thorak :
Inspeksi
:
Bentuk dada simetris, tidak terdapat lesi, warna kulit sama dengan sekitar.
Palpasi : Tidak terdapat benjolan,
pengembangan paru kiri & kanan tidak sama.
Perkusi : Bunyi jantung
mur mur, bunyi paru resonances.
Auskultasi
: Pernapasan bronchovesiculer.
k)
Abdomen :
Inspeksi
:
Tidak terdapat lesi, tidak ada luka bekas operasi, warna sama dengan sekitar.
Palpasi
:
terdapat hepatomegali dan splenomegali.
Auskultasi
: Bising usus 20x/menit.
Perkusi
:
Bunyi tympani.
l)
Genetalia :
Inspeksi
:
Tidak terdapat lesi, warna sama dengan sekitar, tidak terdapat iritasi, bentuk
simetris.
Palpasi : Tidak terdapat
nyeri tekan pada daerah perineal.
m)
Extremitas :
Atas : Tangan kanan
terpasang infus, pergerakan lemah, reflek bisep & trisep baik.
Bawah : Pergerakan lemah, reflek patela baik,
reflek bisep & trisep baik.
n) Kulit
: pucat , turgor buruk, texture halus.
e. Riwayat Psikososial
1.
Psikologi
Klien tampak cemas dengan keadaan penyakitnya. Hubungan klien dengan keluarga baik. Terlihat keluarga
ramai menjenguk klien di Rumah Sakit.
2.
Sosial dan ekonomi
Klien bekerja sebagai
wiraswasta, banyak kerabat
klien mengunjungi klien ketika dirawat.
3.
Data Spiritual
Kepercayaan dan keyakinan klien terhadap agama cukup,
sebelum sakit klien sering beribadah.
f.
Data Penunjang
Hb : 9,3 mg / dl ( N : 12.0 – 16.0 g/dL).
Leukosit :
24000 / mm3
(5000-10000/ mm3)
Trombosit : 100.000
(150.000-400.000/mm3)
SDP
: 60.000/cm (50.000)
PT/PTT : memanjang
Copper serum :
meningkat
Zink serum : menurun
Kebiasaan
Sehari-hari
No
|
KEBIASAAN
|
DIRUMAH
|
DIRUMAH SAKIT
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
A. Nutrisi
- Makanan
Frekuensi
Jenis
Masalah
- Minum
Frekuensi
Jenis
Kebiasaan
minum kopi
Pola Eliminasi
BAB
Frekuensi
Konsistensi
Warna
Bau
BAK
Frekuensi
Warna
Gangguan BAK
Jumlah
Bau
Istirahat dan tidur
Tidur siang
Tidur malam
Gangguan
tidur
Personal
Hygiene
-
Mandi
Frekuensi
Pakai Sabun
- Cuci Rambut
Frekuensi
Pakai shampo
- Sikat
gigi
Frekuensi
Pakai pasta
Kebersihan
Aktivitas
sehari-hari
|
3X sehari
1 porsi
Nasi + sayur
Tidak ada
6-7 gelas / hari
Air putih
Tidak ada
1x sehari
Lembek
Kuning
Khas
2 x sehari
Kuning
Tidak ada
1500 cc
Khas
Jarang
6-7 jam / hari
Tidak ada
2x / hari
Ya
3x / minggu
Ya
2x / hari
Ya
Aktivitas klien dilakukan secara mandiri
|
3X sehari
1/2 porsi
Nasi + Sayur
ada
2-3 gelas / hari
Air putih
Tidak ada
1x sehari
Agak keras
Kuning
Khas
1x sehari
Kuning
Tidak ada
1000 cc
Khas
4-5 jam / hari
5-6 jam / hari
Tidak ada
Hanya di Lap
Tidak
Tidak pernah
Tidak
Tidak pernah
Tidak pernah
Aktivitas klien
dibantu oleh keluarga dan
perawat
|
ANALISA
DATA
Nama :
Tn. Z Ruangan : Melati
Umur :
27 Tahun No. Register : 111234
No.
|
Data Senjang
|
Interpretasi Data
|
Masalah
|
1.
2.
|
DS :
- Klien mengeluh badannya terasa lemah
- Klien mengatakan
tidak nafsu makan
- klien mengatakan mual dan muntah
DO :
-
Klien tampak gelisah
-
Klien tampak pucat dan lemah
-
Turgor kulit
jelek
-
Mukosa bibir
kering
-
BB awal 55kg
-
BB sekarang
49kg
-
TB 160cm
DS :
-
Kilen mengatakan pusing
-
Klien
mengatakan badannya lemah
-
Klien
mengatakan berkunang saat berdiri
-
Klien
mengatakan mengalami tanda-tanda ini sejak
5 bulan terakhir.
-
HB 9,3 gr / %
-
Leukosit 24000/mm3
DO :
-
Klien tampak lemah
-
Klien tampak
pucat
-
Klien tampak
anemis
-
Aktivitas
klien tampak dibantu
|
Sel mesenkim
↓
Sel blast,
mioblast
↓
Proliferasi SDP
immatur
↓
Akumulasi
↓
Infiltrasi
↓
Hati
↓
Hematomegali
↓
Gg nutrisi
Kegagalan sumsum
tulang belakang
↓
Produksi
eritrosit menurun
↓
Transfor nutrisi
kejaringan menurun
↓
Kelemahan
↓
Intoleransi
aktivitas
|
Gangguan nutrisi
Intoleransi
aktivitas
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama :
Tn. Z Ruangan : Melati
Umur :
27 Tahun No. Register : 111234
No
|
Diagnosa keperawatan
|
Tanggal ditemukan
|
Paraf
|
Tanggal teratasi
|
Paraf
|
1.
2.
|
Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia, malaise, mual dan muntah,
efek samping kemoterapi dan atau stomatitis
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia |
10-11-10 10-11-10 |
ji
ji
|
INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama :
Tn. Z Ruangan : Melati
Umur :
27 Tahun No. Register : 111234
No
dx
|
Tgl/jam
|
Tujuan dan kriteria hasil
|
Rencana Tindakan
|
Rasional
|
Paraf
|
1
|
10-11-10/ 14.00 |
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi
terpenuhi dengan kriteria hasil :
-
Klien tidak tampak gelisah
-
Klien tidak pucat dan lemah
-
Turgor kulit
baik
-
Mukosa bibir
lembab
-
Tidak
anoreksia
-
BB meningkat
|
1.
Dorong klien untuk tetap rileks saat makan
2.
Izinkan klien memakan semua
makanan yang dapat ditoleransi, rencanakan untuk memperbaiki kualitas gizi
pada saat selera makan klien meningkat
3.
Berikan makanan yang disertai suplemen nutrisi gizi,
seperti susu bubuk atau suplemen yang dijual
4.
Izinkan klien untuk terlibat dalam persiapan dan pemilihan makanan
5.
Dorong masukan nutrisi dengan jumlah sedikit tapi sering
6.
Dorong klien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrient
7.
Timbang BB, ukur TB
|
1. Jelaskan bahwa hilangnya
nafsu makan adalah akibat langsung dari mual dan muntah serta kemoterapi
2. Untuk mempertahankan
nutrisi yang optimal
3.
untuk memaksimalkan kualitas intake nutrisi
4.
Untuk mendorong agar klien mau makan
5.
Karena jumlah yang kecil biasanya ditoleransi dengan baik
6.
kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga
cairan untuk menghilangkan produk sisa suplemen dapat memainkan peranan
penting dalam mempertahankan masukan kalori dan protein yang adekuat
7.
membantu dan mengidentifikasikan malnutrisi kalori,
khususnya bila BB kurang dari normal
|
ji |
2
|
11-10-10 15.00 |
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan klien dapat melakukan aktivitasnya secara mandiri. Dengan Kriteria hasil :
-
Kilen tidak pusing
-
Klien tidak
lemah
-
Klien tidak
berkunang saat berdiri
-
HB 12 gr / %
-
Leukosit normal
-
Klien tidak
tampak pucat
-
Klien tidak tampak anemis
|
1.
Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan
untuk berpartisipasi dalam aktifitas sehari-hari
2.
Berikan lingkungan tenang dan perlu istirahat tanpa
gangguan
3.
Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada aktifitas yang
diinginkan atau dibutuhkan
4.
Berikan bantuan dalam aktifitas sehari-hari dan ambulasi
5.
Kolaborasikan dengan pemberian transfusi darah
|
1.
Menentukan derajat dan efek ketidakmampuan
2.
Menghemat energi untuk aktifitas dan regenerasi seluler
atau penyambungan jaringan
3.
Mengidentifikasi kebutuhan individual dan membantu pemeliharaan
intervensi
4.
Memaksimalkan sediaan energi untuk tugas perawatan diri
Pemberian transfusi darah akan meningkatkan kadar hemoglobin di dalam
darah
|
ji |
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama :
Tn. Z Ruangan : Melati
Umur :
27 Tahun No. Register : 111234
Tgl/jam | No |
Tindakan Keperawatan
|
Respon hasil
|
Paraf
|
10-11-10 14.30 15.30 |
1
2 |
1.
Mendorong klien untuk tetap rileks saat makan
2.
Mengizinkan klien memakan semua
makanan yang dapat ditoleransi, merencanakan untuk memperbaiki
kualitas gizi pada saat selera makan klien meningkat
3.
Memberikan makanan yang disertai suplemen nutrisi gizi,
seperti susu bubuk atau suplemen yang dijual
4.
Mengizinkan klien untuk terlibat dalam persiapan dan pemilihan makanan
5.
Mendorong masukan nutrisi dengan jumlah sedikit tapi sering
6.
Mendorong klien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrient
7.
Menimbang BB dan mengukur TB
1.
Mengevaluasi laporan kelemahan,memperhatikan ketidakmampuan untuk
berpartisipasi dalam aktifitas sehari-hari
2.
Memberikan lingkungan tenang dan memerlukan istirahat tanpa gangguan
3.
Mengkaji kemampuan untuk berpartisipasi pada aktifitas yang
diinginkan atau dibutuhkan
4.
Memberikan bantuan dalam aktifitas
sehari-hari dan ambulasi
5.
Mengkolaborasikan pemberian transfusi darah
|
-
Klien makan
dengan rileks
-
Klien hanya
menghabiskan 3/4 porsi makanannya
-
Nutrisi
klien tercukupi
-
Klien
memilih sendiri makanan yang ia inginkan sesuai dengan diit yang telah
disarankan
-
Klien ingin
memakan makanannya
-
Nutrisi
klien tercukupi
-
BB klien
52kg dan TB 160cm
-
Klien
tampak masih berbaring di tempat tidur
-
Lingkungan
tenang, klien merasa nyaman
-
Klien
tampak bersemangat
-
Klien
mengikuti instruktur yang diberikan
-
Hb klien
meningkat
|
ji ji |
EVALUASI
Nama :
Tn. Z Ruangan : Melati
Umur :
27 Tahun No. Register : 111234
Tgl
|
No dx
|
Perkembangan
|
Paraf
|
13-11-10 13-11-10 |
1
2
|
S = - Klien mengatakan
sudah ada nafsu makan tapi sedikit
- klien
mengatakan tidak mual dan muntah
O =- Klien masih tampak pucat dan lemah
-
Turgor kulit baik
-
Mukosa bibir lembab
-
BB awal 55kg
-
BB sekarang 52kg
-
TB 160cm
A = Masalah teratasi sebagianP = Intervensi dilanjutkan
S = - Kilen mengatakan
pusing
-
HB 10 gr / %
-
Leukosit 12.000/mm3
TD :
120/70 mmHg
N :
95x/menit
S : 37,50C
RR : 18x/menit
O =- Klien tampak lemah
-
Klien tampak pucat
-
Konjungtiva
tampak anemis
-
Aktivitas
klien tampak dibantu
A = masalah teratasi sebagian
P = intervensi dilanjutkan |
ji
ji
|
BAB IV
PENUTUP
3.1.Kesimpulan.
Adapun kesimpulan dari pembuatan
makalah ini yaitu Leukemia merupakan kanker yang terjadi
pada sel darah manusia. Untuk mengetahui tentang leukemia, kita harus mengenal dahulu sel-sel darah yang normal
serta apa yang terjadi jika terkena leukemia.Dan kepada
pembaca dan penulis bisa lebih memahami materi mengenai penyakit leukemia dilihat
dari perbandingan data di lahan dan konsep teori yang sesungguhnya.
3.2.Saran.
Kami yakin makalah ini banyak
kekurangannya maka dari itu kami sangat mengharapkan saran dari teman-teman
dalam penambahan untuk kelengkapan makalah ini,karna dari saran yang kami
terima dapat mengkoreksi makalah yang kami buat ini.atas saran dari teman-teman
kami ucapkan terima kasih.
Buat saudara sekalian yang lagi mencari kesembuhan saya rekomendasi kan coba brobat dengan pengobatan ikhwan 9779 Beliau punya obat racikan yang dapat menyembuh penyakit ini dengan jauh lebih baik dan sudah tr bukti sudah banyak orang yang sembuh dari kanker darah ini. Jadi buat saudara saya saran kan bila saudara Ingin sembuh segera lah hubungi beliau dan brobat dengan beliau saudara bisa datang langsung ke temu beliau dan bisa juga brobat jarak jauh seperti Paman saya selama ini dan Paman saya sudah sembuh. Jadi buat saudara coba segera brobat dengan beliau ini nomor beliau pengobatan ikhwan 9779 Hp 08-22-94-23-82-89
BalasHapusHiv disease for the last 3 years and had pain hard to eat and cough are nightmares,especially the first year At this stage, the immune system is severely weakened, and the risk of contracting opportunistic infections is much greater. However, not everyone with HIV will go on to develop AIDS. The earlier you receive treatment, the better your outcome will be.I started taking ARV to avoid early death but I had faith in God that i would be healed someday.As a Hiv patient we are advise to be taking antiretroviral treatments to reduce our chance of transmitting the virus to others , few weeks ago i came on search on the internet if i could get any information on Hiv treatment with herbal medicine, on my search i saw a testimony of someone who has been healed from Hiv her name was Achima Abelard and other Herpes Virus patient Tasha Moore also giving testimony about this same man,Called Dr Itua Herbal treatment.I was moved by the testimony and i contacted him by his Email.drituaherbalcenter@gmail.com . We chatted and he send me a bottle of herbal medicine I drank it as he instructed me to.After drinking it he ask me to go for a test that how i ended my suffering life of Hiv patent,I'm cured and free of Arv Pills.I'm forever grateful to him Doctor Itua Herbal Treatment..He assured me he can cure the following disease..Hiv,Cancer,Herpes Virus,Hpv,Pile,Weak Erection,Lyme Disease,Epilepsy,Glaucoma.,Brain Tumor,psoriasis, Cataracts,Macular degeneration,Cardiovascular disease,Chronic Diarrhea,Lung disease.Enlarged prostate,Osteoporosis.Alzheimer's disease,
BalasHapusDementia. ,Bladder Cancer,Autism,Colorectal Cancer,Breast Cancer,Kidney Cancer,Leukemia,Lung Cancer,Tay tach disease,Non Hodgkin Lymphoma,Skin Cancer,Lupus,Uterine Cancer,Prostate Cancer, Seizures, fibromyalgia ,ALS,Hepatitis,Copd,Parkinson disease.Genetic disease,Fibrodysplasia disease,Fibrodysplasia Ossificans Progressiva,Fluoroquinolone Toxicity Syndrome,Stroke,Hpv,Weak Erection,Liver/Kidney Inflammatory,Men/Woman infertility, bowel disease ,Huntington's disease ,Diabetes,Fibroid.